MAKALAH
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK
USIA SEKOLAH DASAR
Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok matakuliah Pedagogika
Dosen
pembimbing Drs. Sarma Hapipudin, M.Mpd

Disusun
oleh :
Kelompok 5
Eka
Priyanto (110641347)
Mutiara (110641343)
Rida
Riyanti (110641351)
Sumiati
(110641337)
Kelas
: A-9 Semester Genap
PRODI
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADYAH CIREBON 2012/2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat
Tuhan Yang Maha Pemurah, karena berkat
kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai yang diharapkan. Dalam
makalah ini kami membahas materi tentang “Karakteristik Peserta Didik Usia
Sekolah Dasar”.
Makalah ini dibuat dalam rangka
memperdalam pemahaman mata kuliah Pedagogika
yang sangat diperlukan dalam materi perkuliahan demi mendapatkan pemahaman yang
maksimal dalam melakukan kegiatannya dan sekaligus melakukan apa yang menjadi
tugas mahasiswa untuk memenuhi tugas pembuatan makalah Pedagogika ini. Penulis menyadari bahwa penulis
tidak dapat menyusun makalah ini tanpa ada bantuan, bimbingan dan dukungan dari
berbagai pihak. Penulis menggucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Sarma
Hapipudin ,M.MPd sebagai pembimbing kami di mata kuliah Pedagogika, teman-teman
dan orang tua kami yang sudah memberi dukungan sehingga makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Dalam
pembuatan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis akan dengan senang hati menerima saran
maupun kritik yang sifatnya membangun untuk perbaikan selanjutnya.
Akhir
kata penulis mohon maaf apabila ada
kekurangaan dalam pembuatan makalah ini, semoga makalah yang telah dibuat dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.
Cirebon,
Juni 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………..iii
A. Latar
Belakang …………………………………………………………………….. iii
B.
Rumusan Masalah
…………………………………………………………………. iii
C.
Tujuan Penulisan
……………………………………………………………………iv
D. Manfaat
Penulisan ………………………………………………………………......iv
BAB II KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK USIA SD ................................................1
A. Pengertian
Peserta Didik ……………………………………………………………..1
B. Karakteristik
Perkembangan Peserta Didik usia SD ………………………………....1
1. Perkembangan
Intelektual dan Emosi …………………………………………...2
2. Perkembangan
Bahasa …………………………………………………………...4
3. Perkembangan
Sosial, Moral dan Sikap ………………………………………....6
a. Sosial
………………………………………………………………………...6
b. Moral
……………………………………………………………………….. 6
c. Sikap
………………………………………………………………………....7
4. Perkembangan
Kesadaran Beragama …………………………………………....9
5. Perkembangan
Fisik dan Motorik ……………………………………………….9
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………….13
A. Kesimpulan
…………………………………………………………………………13
B. Saran
………………………………………………………………………………..14
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………….15
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan anak pada usia sekolah dasar (enam sampai dua belas
tahun) merupakan sesuatu yang kompleks. Artinya banyak faktor yang turut
berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses perkembangan anak.
Baik unsur-unsur bawaan maupun unsur-unsur pengalaman yang diperoleh dalam
berinteraksi dengan lingkungan, saling memberikan kontribusi tertentu terhadap
arah dan laju perkembangan anak tersebut.
Guru, terutama guru SD diharapkan mempunyai pemahaman konseptual tentang
perkembangan dan cara belajar anak di SD. Pemahaman konseptual tersebut
meliputi gambaran tentang siapa anak SD dan bagaiamana mereka berkembang, yang
mencakup tentang karakteristik perkembangan anak usia SD dalam berbagai aspek
fisik dan motorik, intelektual emosi, bahasa, sosial, moral, sikap dan
kesadaran beragama.
Di
sekolah dasar, anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan
keterampilan yang dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan
penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak.
Dengan bekal pemahaman konstektual tersebut, guru diharapkan dapat
mengaplikasikan pemahaman tersebut dalam menyelenggarakan proses pembelajaran
yang berorientasi pada perkembangan anak SD.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Siapakah peserta didik
itu?
b. Bagaimanakah
perkembangan fisik dan motorik pada anak usia SD?
c. Bagaimanakah
perkembangan intelektual dan emosi pada anak usia
SD?
d. Bagaimanakah
perkembangan bahasa pada anak usia SD?
e. Bagaimanakah
perkembangan sosial, moral, sikap pada anak usia SD?
f. Bagaimanakah
perkembangan kesadaran beragama pada anak usia SD?
C. TUJUAN PENULISAN
a. Untuk mengetahui pengertian peserta didik.
b. Untuk
mengetahui perkembangan
fisik dan motorik anak usia SD.
c. Untuk
mengetahui perkembangan intelektual dan
emosi anak usia SD.
d. Untuk
mengetahui perkembangan
bahasa anak usia SD.
e. Untuk
mengetahui perkembangan
sosial,moral,sikap anak usia SD.
f. Untuk
mengetahui perkembangan kesadaran
beragama anak usia SD.
D. MANFAAT
PENULISAN
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan kita dapat mengetahui dan mengerti
perkembangan peserta didik, sehingga nantinya kita dapat menerapkan ketika
menghadapi peserta didik usia SD.
BAB II
KARAKTERISTIK PESERTA
DIDIK USIA SEKOLAH DASAR
A.
Pengertian
Peserta Didik
Dalam
perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya
masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta
didik memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah optimal
kemampuan fitrahnya.(Arifin, 1996)
Dalam
persfektif Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun2003 pasal 1
ayat 4, ”Peserta didik diartikan sebagai anggota msyarakat yang berusaha
mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur jejang dan jenis
pendidikan tertentu.”
B.
Karakteristik perkembangan peserta
didik di sekolah dasar
Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada
pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa perkembangan anak
yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupannya. Oleh
karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu
didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan
tiga SD biasanya pertumbuhan fisiknya telah mencapai kematangan, mereka telah
mampu mengontrol tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan
kaki secara bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola
dan telah berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil
maupun memegang gunting. Selain itu, perkembangan anak dari sisi sosial, terutama
anak yang berada pada usia kelas awal SD antara lain mereka telah dapat
menunjukkan keakuannya tentang jenis kelaminnya, telah mulai berkompetisi
dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah mampu berbagi, dan mandiri.
Perkembangan anak usia 6-8 tahun dari sisi emosi antara lain
anak telah dapat mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat
mengontrol emosi, sudah mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar
tentang konsep nilai misalnya benar dan salah. Untuk perkembangan kecerdasannya
anak usia kelas awal SD ditunjukkan dengan kemampuannya dalam melakukan
seriasi, mengelompokkan obyek, berminat terhadap angka dan tulisan,
meningkatnya perbendaharaan kata, senang berbicara, memahami sebab akibat dan
berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.
Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang
perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik
khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Sebagai guru harus dapat menerapkan metode
pengajaran yang sesuai dengan keadaan siswanya, maka sangatlah penting bagi
seorang pendidik mengetahui karakteristik siswanya. Adapun karakeristik peserta
didik dibahas sebagai berikut:
1.
Perkembangan intelektual dan emosi
Istilah
intelek berasal dari perkataan”itelect”(bahasa inggris) yang berarti
a. Proses
kognitif berfikir, daya menghubungkan
serta kemampuan menilai dan mempertimbangkan Kemampuan mental atau
intelegensi. (CP.Chaplin,1981: 252)
b. Pada usia dasar (6-12 tahun) anak sudah dapat mereaksi
rangsangan intelektual atau melaksanakan tugas-tugas belajar yang menuntut
kemampuan intelektual atau kemampuan kognitif (seperti membaca, menulis, dan
menghitung).
Dalam rangka
mengembangkan kemampuan anak, maka sekolah dalam hal ini guru seyogyanya
memberikan kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pertanyaan, memberikan
komentar atau pendapat tentang materi pelajaran yang dibacanya atau dijelaskan
oleh guru, membuat karangan, menyusun laporan.
Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya.
Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan dan pembinaan orang tua. Akibat terganggunya perkembangan intelektual tersebut anak kurang dapat berpikir operasional, tidak memiliki kemampuan mental dan kurang aktif dalam pergaulan maupun dalam berkomunikasi dengan teman-temannya.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan intelektual.
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek peserta didik usia SD
atau MI, antara lain:
- Kondisi organ penginderaan sebagai saluran yang dilalui pesan indera dalam perjalanannya ke otak (kesadaran).
- Intelegensi mempengaruhi kemampuan anak untuk mengerti dan memahami sesuatu.
- Kesempatan belajar yang diperoleh anak.
- Tipe pengalaman yang didapat anak secara langsung akan berbeda jika anak mendapat pengalaman secara tidak langsung dari orang lain atau informasi dari buku.
- Jenis kelamin karena pembentukan konsep anak laki-laki atau perempuan telah dilatih sejak kecil dengan cara yang sesuai dengan jenis kelamin.
- Kepribadian pada anak dalam memandang kehidupan dan menggunakan suatu kerangka acuan berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
Emosi dapat
dirumuskan sebagai suatu keadaan yang terangsang dari organisme, mencakup
perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya ,dan perubahan
perilaku,(CP.Chaplin, 1982: 163)
Emosional
berbeda satu sama lain karena adanya perbedaan jenis kelamin, usia, lingkungan,
pergaulan dan pembinaan orang tua maupun guru di sekolah. Perbedaan
perkembangan emosional tersebut juga dapat dilihat berdasarkan ras, budaya,
etnik dan bangsa.
Perkembangan
emosional juga dapat dipengaruhi oleh adanya gangguan kecemasan, rasa takut dan
faktor-faktor eksternal yang sering kali tidak dikenal sebelumnya oleh anak
yang sedang tumbuh. Namun sering kali juga adanya tindakan orang tua yang
sering kali tidak dapat mempengaruhi perkembangan emosional anak.
Misalnya
sangat dimanjakan, terlalu banyak larangan karena terlalu mencintai anaknya.
Akan tetapi sikap orang tua yang sangat keras, suka menekan dan selalu
menghukum anak sekalipun anak membuat kesalahan sepele juga dapat mempengaruhi
keseimbangan emosional anak.
Perlakuan
saudara serumah (kakak-adik), orang lain yang sering kali bertemu dan bergaul
juga memegang peranan penting pada perkembangan emosional anak. Dalam mengatasi
berbagai masalah yang sering kali dihadapi oleh orang tua dan anak, Biasanya
orang tua berkonsultasi dengan para ahli, misalnya dokter anak, psikiatri,
psikolog dan sebagainya. Dengan berkonsultasi tersebut orang tua akan dapat
melakukan pembinaan anak dengan sebaik mungkin dan dapat menghindarkan segala
sesuatu yang dapat merugikan bahkan memperlambat perkembangan mental dan
emosional anak.
Stres
juga dapat disebabkan oleh penyakit, frustasi dan ketidak hadiran orang tua,
keadaan ekonomi orang tua, keamanan dan kekacauan yang sering kali timbul.
Sedangkan dari pihak orang tua yang menyebabkan stres pada anak biasanya kurang
perhatian orang tua, sering kali mendapat marah bahkan sampai menderita siksaan
jasmani, anak disuruh melakukan sesuatu di luar kesanggupannya menyesuaikan
diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang
bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas dalam masyarakat.
Kemampuan mengontrol emosi diperoleh
anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam proses peniruan,
kemampuan orang tua dalam mengndalikan emosinya sangatlah berpengaruh pada
anak.
Emosi merupakan faktor dominan yang
mempengaruhi tingkah laku individu, dalam hal ini termasuk pula perilaku
belajar. Memgingat hal tersebut, maka guru hendaknya mempunyai kepedulian untuk
menciptakan situasi belajar yang menyenangkan atau kondusif bagi terciptanya
proses belajar mengajar yang efektif. Upaya yang dilakukan antara lain :
1. Mengembangkan
iklim kelas yang bebas dari ketegangan.
- Memperlakukan peserta didik sebagai individu yang mempunyai harga diri.
- Memberikan nilai secara objektif.
- Menghargai hasil karya peserta didik.
2. Perkembangan Bahasa
Anak
sejak awal telah menunjukkan
kemampuan berbahasa yang terus
berkembang. Ada aspek linguistik dasar yang bersifat universal dalam otak
manusia yang memungkinkan menguasai bahasa tertentu (Tarigan, 1986: 257)
Bahasa adalah sarana berkomunikasi
dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara berkomunikasi,
dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat,
atau gerak dengan menggunakan kata-kata,kalimat, bunyi, lambang, gambar, atau
lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia,
alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama.
Terdapat dua
faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa yaitu :
1. Proses jadi
matang dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ-organ suara/bicara
sudah berfungsi) untuk berkata-kata.
- Proses belajar, yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi atau meniru ucapan/kata-kata yang didengarnya. Kedua proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak
Dengan dibekali pelajaran bahasa di
sekolah, diharapkan peserta didik dapat menguasai dan mempergunakannya sebagai
alat untuk :
1. Berkomunikasi
dengan orang lain.
- Menyatakan isi hatinya.
- Memahami keterampilan mengolah informasi yang diterimanya.
- Berpikir (menyatakan gagasan atau pendapat).
- Mengambangkan kepribadiannya seperti menyatakan sikap dan keyakinannya.
Bahasa
telah berkembang sejak anak berusia 4 - 5 bulan. Orang tua yang bijak selalu
membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai dari yang sederhana sampai
anak memiliki keterampilan berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa.
Oleh
karena itu bahasa berkembang setahap demi setahap sesuai dengan pertumbuhan
organ pada anak dan kesediaan orang tua membimbing anaknya. Fungsi dan tujuan berbicara antara lain:
1. sebagai pemuas kebutuhan.
2. sebagai alat untuk menarik orang
lain.
3. sebagai alat untuk membina hubungan
social.
4. sebagai alat untuk mengevaluasi diri
sendiri.
5. untuk dapat mempengaruhi pikiran dan
perasaan orang lain.
6. untuk mempengaruhi perilaku orang
lain.
7.
Potensi anak berbicara didukung oleh
beberapa hal. Yaitu:
1. kematangan alat berbicara,
2. kesiapan mental.
3. adanya model yang baik untuk
dicontoh oleh anak.
4. kesempatan berlatih.
5. motivasi untuk belajar dan berlatih
dan.
6. bimbingan dari orang tua.
Di
samping adanya berbagai dukungan tersebut juga terdapat gangguan perkembangan
berbicara bagi anak, yaitu:
1. anak cengeng.
2. anak sulit memahami isi pembicaraan
orang lain.
3. Perkembangan
sosial, moral, dan sikap
a. Sosial
Pada usia ini anak mulai memiliki
kesanggupan menyesuaikan diri sendiri (egosentris) kepada sikap yang kooperatif
(bekerja sama) atau sosiosentris (mau memperhatikan kepentingan orang lain).
Berkat perkembangan sosial anak dapat
menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan
masyarakat sekitarnya. Dalam proses belajar di sekolah, kematangan perkembangan
sosial ini dapat dimanfaatkan atau dimaknai dengan memberikan tugas-tugas
kelompok, baik yang membutuhkan tenaga fisik maupun tugas yang membutuhkan
pikiran. Hal ini dilakukan agar peserta didik belajar tentang sikap dan
kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati dan betanggung jawab.
b.
Moral
Istilah “moral” berasal dari kata “mores”(latin)
yang artinya tata cara dalam kehidupan,adat istiadat,atau kebiasaan (Gunarsa,
1988: 36)
Moral adalah baik buruk yang diterima umum
mengenai perbuatan,sikap kewajiban dsb.(KBBI: 1993: 31)
Berikut ini beberapa proses pembentukan perilaku
moral dan sikap anak:
1.
Imitasi
Pada umunya anak mulai
mengadakan imitasi atau peniruan sejak usia 3 tahun, yaitu meniru perilaku
orang lain yang ada di sekitarnya. Anak perempuan meniru perilaku Ibu, kakak
perempuan dan orang lain dirumah, demikian pula anak laki-laki suka meniru
perilaku ayah, kakak atau tetangganya yang sering dijumpai di sekitarnya.
Sering kali anak tidak hanya meniru perilaku misalnya gerak tubuh,rasa senang
atau tidak senang,sikap orang tua terhadap agama, politik, hobi dll
2.
Internalisasi
Internalisasi adalah
suatu proses yang merasuk pada diri seseorang (anak)
Karena pengaruh sosial
yang paling mendalam dan paling langgeng dalam kehidupan orang tersebut.
3.
Introvert
dan Ekstrovert
Introvert adalah
kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya, minat,
sikap atau keputusan-keputusan yang diambil selalu berasal berdasarkan pada
perasaan, pemikiran, dan pengalaman sendiri. Orang-orang yang berkecenderungan
introvert biasanya bersifat pendiam dan kurang bergaul.
Ekstrovert adalah kencederungan seseorang untuk mengarahkan
perhatian keluar dirinya, sehingga segala minat, sikap dan keputusan-keputusan
yang di ambil lebih banyak di ambil oleh orang lain atau berbagai peristiwa
yang terjadi di luar dirinya.
4. Kemandirian
Kemandirian adalah
kemanpuan seseorang untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain baik dalam
bentuk material maupun moral. Sedangkan kemandirian pada anak sering di kaitkan
dengan kemampuan anak untuk melakukan segala sesuatu berdasarkan kekuatan
sendiri tanpa bantuan orang dewasa.
5. Ketergantuangan
Ketergantungan di tandai
dengan perilaku anak yang bersifat kekanak kanakan perilakunya tidak sesuai
dengan anak lain yang sebayanya. Dengan kata lain anak tersebut tidak memiliki
kemandirian yang mencakup fisik atau mental dan perilakunya berlainan dengan
anak normal.
6. Bakat
Bakat merupakan potensi
dalam diri seseorang yang dengan adanya rangsangan tertentu memungkinkan orang
tersebut dapat mencapai sesuatu tingkat kecakapan, pengetahuan dan ketrampilan
khusus yang sering kali melebihi orang lain.
Anak mulai mengenal konsep moral
pertama kali dari lingkungan keluarga. Pada mulanya, mungkin anak tidak
mengerti konsep moral ini, tapi lambat laun anak akan memahaminya. Pada usia
sekolah dasar, anak sudah dapat mengikuti peraturan atau tuntutan dari orang
tua atau lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami
alasan yang mendasari suatu peraturan. Di samping itu, anak sudah dapat
mengasosiasikan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah atau
baik-buruk.
c.
Sikap
Sikap merupakan ekspresi atau manifestasi dari
pandangan individu terhadap objek. Sikap merupakan sistem yang bersifat menetap
dari komponen kognisi, afeksi, dan konasi (Krech, 1973: 139).
Kepada orang tua sangat dianjurkan bahwa selain memberikan
bimbingan juga harus mengajarkan bagaimana anak bergaul dalam masyarakat dengan
tepat, dan dituntut menjadi teladan yang baik bagi anak, mengembangkan
keterampilan anak dalam bergaul dan memberikan penguatan melalui pemberian
hadiah kepada anak apabila berbuat atau berperilaku yang positif.
Terdapat bermacam hadiah yang sering kali diberikan kepada anak,
yaitu yang berupa materiil dan non materiil. Hadiah tersebut diberikan dengan
maksud agar pada kemudian hari anak berperilaku lebih positif dan dapat diterima
dalam masyarakat luas. Fungsi hadiah
bagi anak, antara lain:
1. memiliki nilai pendidikan.
2. memberikan motivasi kepada anak.
3. memperkuat perilaku dan.
4. memberikan dorongan agar anak
berbuat lebih baik lagi.
Fungsi
hukuman yang diberikan kepada anak adalah:
1.
fungsi restruktif.
2.
fungsi pendidikan.
3.
sebagai penguat motivasi.
Syarat
pemberian hukuman adalah:
1. segera diberikan.
2. konsisten.
3. konstruktif.
4. impresional artinya tidak ditujukan
kepada pribadi anak melainkan kepada perbuatannya.
5. harus disertai alasan.
6. sebagai alat kontrol diri
7. diberikan pada tempat dan waktu yang
tepat.
4.
Perkembangan kesadaran beragama
Agama mengandung dua unsur: keyakinan dan tata cara. Keduanya
terpisah dan berbeda. Akibatnya, minat terhadap satu unsur tidak dengan
sendirinya menjamin minat terhadap unsur lain. Juga tidak berarti bahwa minat
terhadap kedua unsur akan sama. Seorang mungkin terutama berminat mematuhi
aturan agama tetapi menunjukkan sedikit minat terhadap apa yang sering dianggap
sebagai “teologi” atau doktrin atau ajaran agama. Hal sebaliknya mungkin
terjadi pada orang lain. Demikian pula terhadap anak-anak. Beberapa anak
terutama berminat terhadap kepatuhan kepada agama dan yang lain terhadap ajaran
agama. Mana yang lebih menarik perhatian ditentukan sebagian oleh tekanan yang
diberikan pada kedua unsur tersebut pada masa awal pendidikan agama dan
sebagian oleh apa yang berdasarkan pengalaman, mereka anggap lebih memenuhi
kebutuhan mreka. Jadi minat terhadap agama terutama egosentris.
Saat anak bertambah usia dan lebih banyak menghabiskan waktu
dengan anggota kelompok teman sebaya, teman-teman ini akan mempengaruhi
minatnya. Contohnya, seorang anak yang mempunyai teman-teman yang
berbincang-bincang mengenai agama,dan mematuhi aturan agama akan mempunyai
minat yang lebih besar pada agama dari seorang anak yang temanya tidak, atau
hampir tidak, menunjukkan minat pada agama dan mempunyai sikap negativ terhadap
semua aturan agama.
Pada masa ini,
perkembangan penghayatan keagamaannya ditandai dengan ciri-ciri sebagaiberikut.
Sikap keagamaan
bersifat reseptif disertai dengan pengertian sebagai berikut:
- Pandangan dan paham ketuhanan diperolehnya secara rasional berdasarkan kaidah-kaidah logika yang berpedoman pada indikator alam semesta sebagai manifestasi dari keagungan-Nya.
- Penghayatan secara rohaniah semakin mendalam, pelaksanaan kegiatan ritual diterima sebagai keharusan moral.
- Periode usia sekolah dasar merupakan masa pembentukan nilai-nilai agama sebagai kelanjutan periode sebelumnya.
5.
Perkembangan fisik dan motorik
Perkembangan fisik
atau jasmani anak
sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak-anak tersebut
usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula.
Sedangkan pertumbuhan anak-anak berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang
menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan
orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lain-lain.
Nutrisi
dan kesehatan amat mempengaruhi perkembangan fisik anak. Kekurangan nutrisi
dapat menyebabkan pertumbuhan anak menjadi lamban, kurang berdaya dan tidak aktif. Sebaliknya anak yang
memperoleh makanan yang bergizi, lingkungan yang menunjang, perlakuan orang tua
serta kebiasaan hidup yang baik akan menunjang pertumbuhan dan perkembangan
anak.
Olahraga
juga merupakan faktor penting pada pertumbuhan fisik anak. Anak yang kurang
berolahraga atau tidak aktif sering kali menderita kegemukan atau kelebihan
berat badan yang dapat mengganggu gerak dan kesehatan anak. Orang tua harus
selalu memperhatikan berbagai macam penyakit yang sering kali diderita anak,
misalnya bertalian dengan kesehatan penglihatan (mata), gigi, panas, dan
lain-lain.
Oleh
karena itu orang tua selalu memperhatikan kebutuhan utama anak, antara lain
kebutuhan gizi, kesehatan dan kebugaran jasmani yang dapat dilakukan setiap
hari sekalipun sederhana.
Perkembangan
motorik, fase atau usia sekolah dasar (7-12 tahun), di tandai dengan gerak atau
aktivitas motorik yang lincah. Oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang
ideal untuk belajar ketrampilan yang berhubungan dengan motorik, baik halus
maupun kasar, dapat dijelaskan sebagai berikut:
Motori halus
|
Motorik kasar
|
Menulis
|
Baris
berbaris
|
Menggambar
atau melukis
|
Seni
bela diri (seperti pencak silat dan karate)
|
Mengetik
atau computer
|
Senam
|
Merupa
atau seperti membuat kerajinan dari tanah liat
|
Berenang
|
Menjahit
|
Atletik
|
Membuat
kerajinan dari kertas
|
Main
sepak bola
|
Perkembangan
fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses
belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Oleh karena itu,
perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan belajar peserta didik.
Sesuai dengan perkembangan fisik atau motorik anak yang sudah siap untuk
menerima pembelajaran ketermpilan, maka sekolah perlu memfasilitasi
perkembangan motorik anak itu secara fungsional.
Perkembangan Motorik seiring dengan
perkembangan fisiknya yang beranjak matang maka perkembangan motorik anak sudah
terkoordinasi dengan baik. Sesuai dengan perkembangan fisik (motorik) maka di
kelas-kelas permulaan sangat tepat diajarkan :
- Dasar-dasar keterampilan untuk menulis dan menggambar.
- Keterampilan dalam mempergunakan alat-alat olahraga.
- Gerakan-gerakan untuk meloncat, berlari, berenang, dsb.
- Baris-berbaris secara sederhana untuk menanamkan kebiasaan, ketertiban, dan kedisiplinan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a.
Peserta
didik diartikan sebagai anggota msyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya
melalui proses pendidikan pada jalur jejang dan jenis pendidikan tertentu.
b.
Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor
penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun
keterampilan. Oleh karena itu, perkembangan motorik sangat menunjang keberhasilan
belajar peserta didik.
c.
Perkembangan intelektual anak sangat tergantung pada
berbagai faktor utama, antara lain kesehatan gizi, kebugaran jasmani, pergaulan
dan pembinaan orang tua.
Kemampuan
mengontrol emosi diperoleh anak melalui peniruan dan latihan (pembiasaan). Dalam proses
peniruan, kemampuan orang tua dalam mengndalikan emosinya sangatlah berpengaruh
pada anak.
d.
Bahasa telah berkembang sejak anak berusia 4 - 5 bulan.
Orang tua yang bijak selalu membimbing anaknya untuk belajar berbicara mulai
dari yang sederhana sampai anak memiliki keterampilan berkomunikasi dengan
mempergunakan bahasa. Oleh karena itu bahasa berkembang setahap demi setahap
sesuai dengan pertumbuhan organ pada anak dan kesediaan orang tua membimbing
anaknya.
e.
Berkat perkembangan sosial, anak dapat
menyesuaikan dirinya dengan kelompok teman sebayanya maupun dengan lingkungan
masyarakat sekitarnya. Moral pertamakali diperkenalkan oleh lingkungan
keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Moral itu dikenalkan kepada anak
agar anak bisa membedakan mana yang benar, mana yang salah dan bisa menentukan
sikap anak sehubungan dengan perkembangan sosial nilai dan sikap.
f.
Agama diperkenalkan kepada anak agar,
anak dalam bertidak dapat sesuai dengan ajaran agama.
B.
Saran
Sebagai calon guru hendaknya kita tahu
dan memahami siapa sebenarnya anak didik kita, agar nantinya dalam kegiatan
belajar tidak terjadi salah arah.
Hendaknya kita bisa menjadi panutan yang baik untuk
anak-anak didik kita,karena segala tingkah laku kita akan mudah sekali ditiru
oleh peserta didik kita.
Dengan materi yang kami sajikan dalam
makalah ini, kami beharap saudara-saudara dapat menjadikan referensi untuk
bekal kelak saudara dalam mengetahui dan mahami perkembangan peserta didik.
Sehingga nanti pada saat anda mengajar anda dapat melakukan proses pembelajaran
berdasarkan perkembangan peserta didik tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock,
Elizabeth. 1978. Perkembangan Anak.
Vol 2. Jakarta: Erlangga.
Desmita.
2011. Psikologi Perkembangan Peserta
Didik: Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Sumantri,
Mulyani dan Syaodih, Nana. 2006. Perkembangan
Peserta Didik. Jakarta:
Departermen Pendidikan Nasional.
JCM Hospitality & Gaming - JM Hospitality & Gaming
BalasHapusJCM Hospitality & Gaming. JCM Hospitality 전라남도 출장안마 & Gaming. JCM Hospitality 청주 출장마사지 & 안성 출장마사지 Gaming. JCM Hospitality & Gaming. JCM Hospitality 공주 출장마사지 & Gaming. JCM Hospitality & Gaming. JCM Hospitality 안동 출장마사지 &